Laman

12/30/2008

Memakanai Tahun Baru

Sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2009. sudah jamak bahwa tahun baru dirayakan oleh banyak orang di seluruh belahan dunia. Banyak orang bergembira menyambut tahun baru. Berbagai kegiatan diadakan seperti pesta kembang api, konser musik, pesta-pesta, bahkan mungkin ada yang merayakan dengan perbuatan-perbuatan munkar seperti pesta miras, obat-obat terlarang maupun pernuatan maksiat lainnya (naudzubillah)

Sebenarnya apa sih makna tahun baru, hingga semua orang bergembira menyambutnya Bahkan ada yang rela begadang demi menyaksikan detik-detik pergantian tahun. Tak ketinggalan semua TV menyiarkannya secara langsung dengan berbagai macam hiburan yang disuguhkan.


Menurutku pergantian tahun adalah tidak lebih sebagai momentum buat kita untuk introspeksi diri. Introspeksi terhadap umur yang telah terlewati, apakah lebih banyak amal-amal sholeh yang kita lakukan atau sebaliknya banyak dosa yang menghiasai masa-masa yang telah kita lalui sehingga kedepannya bisa memperbaiki dan meningkatkan amal-amal kita. Juga mengevaluais kesuksesan-kesuksesan yang telah kita raih serta merencanakan kesuksesan serta target hidup di masa depan.

Disamping itu juga untuk mensyukuri nikmat yang telah ALLAH SWT berikan sehingga kita masih bisa menikmati tahun ini. ”jika kamu bersyukur maka akan AKU tambah nikmatKU, tetapi jika engkau kufur, sesungguhnya azabKU amat pedih” (QS 14:7) demikian ALLAH SWT telah firmankan.

Tahun baru adalah merupakan salah satu pertanda bahwa usia kita semakin berkurang- bukan bertambah- karena usia ini telah dipatok sekian tahun, sehingga ketika detik, menit, jam, hari, bulan, dan tahun berlalu maka semakin dekatlah masa-masa dimana setiap jiwa pasti mengalaminya, kematian. Hal ini juga seperti juga tumbuhnya uban, semakin keriputnya kulit dan semakin lemahnya fisik kita.

Jika mereka berpesta dan bergembira setiap tahun baru sudah sepantasnya mereka lebih bergembira (baca: bersyukur) setiap kali bangun tidur karena masih bisa menghirup udara, menyaksikan dunia ini setelah nyawa kita dalam genggaman Allah Rabbul `Alamin. Lalu kenapa kita harus merayakan tahun baru????

12/17/2008

History: Tahun Baru Hijriyah


Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (Bahasa Arab: التقويم الهجري; at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Di kebanyakan negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Hijriyah menggunakan sistem kalender lunar (komariyah).

Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M.

Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.

Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.


Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari)

Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.

Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode Madinah.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad.

Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H, PERF 558 (sumber: wikipedia)

12/07/2008

Lake Toba,..Sejuta Pesona


Sewaktu SMP aku hanya bias mengetahui Danau Toba plus pulau Samosir dari pelajaran Geografi, lihat peta. Tak disangka sekarang aku bisa menyaksikan keindahan Danau ini. Subhannallah…..Perjalanan sekitar 4,5 jam naik bus dari kota Medan. Berangkat jam 01.00 tiba di Parapat sekitar pukul 05.30. Kelelahan selama perjalanan akhirnya terobati dengan menyaksikan keelokan Danau Toba~orang-orang lebih familiar menyebut Lake Toba.

Parapat sebagai salah satu kawasan wisata pegunungan dan danau yang paling Indah di Indonesia. Aneka cinderamata khas Batak banyak dijual di Parapat, pantai timur Lake Toba yang terkenal itu. Jarak dari Medan sekitar 176 Km ke arah utara. Jika tertarik dapat membeli kain tradisional Batak yang dikenal dengan nama kain ulos yang banyak dijual di Parapat dan juga di Pulau Samosir. Corak dan warna kain ulos ini berbeda-beda di setiap wilayah, namun ciri utamanya adalah garis-garis vertikal, warna putih dan biru yang dominan. Pusat pertenunan kain ulos terdapat di desa Labuhan Garaga yang terletak 25 Km dari Parapat ke arah tenggara.

Lake Toba adalah salah satu obyek wisata utama berasal dari kawah gunung api yang sangat besar dan kemudian meletus pada sekitar seratus ribu tahun lalu. Letusan itu menyebabkan gunung tersebut runtuh, air kawah yang tumpah kemudian membentuk danau terbesar di Asia tenggara. Letusan gunung api di tempat ini diperkirakan puluhan kali lebih kuat dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Luas Lake Toba adalah sekitar 1707 Km2 dengan kedalaman air di beberapa tempat dapat mencapai 450 meter.

Udara yang sejuk dan hamparan air yang membiru disertai dengan riak-riak kecil karena hembusan angin adalah kesan pertama yang kurasakan saat tiba di Lake Toba. Kutarik nafas dalam-dalam, mencoba menikmati kesejukan udara pagi, kutahan dalam dada dan kusalurkan keseluruh tubuh kemudian pelan-pelan aku hembuskan, segarr......subhannallah. Danau ini memiliki pantai yang berbatu dan berdinding bukit-bukit. Sejumlah hotel dan vila di tepi danau menambah semakin eloknya Danau ini.

Sekitar jam 07.00 kami menyeberang menuju Pulau Samosir tepatnya ke Tomok. Perjalanan sekitar 1 jam dengan naik feri. Tak seperti yang kubayangkan sebelumnya ternyata Pulau ini cukup luas. Pulau Samosir terletak di dataran tinggi sekitar 700-1.995 m dpl. Sepanjang jalan mulai pintu masuk Tomok berjejer kios-kios penjual cinderamata, para penjual tak henti-hentinya menyapa para pengunjung untuk membeli. Tomok, desa kecil di pesisir timur Pulau Samosir adalah desa yang menggantungkan hidupnya total pada bidang agraris, perdagangan dan pariwisata. Desa cantik ini terletak di pesisir pantai, namun pada arah sebaliknya, bukit-bukit hijau, sungai dan sawah mengelilingi daerah ini. Bisa anda bayangkan pemandangan seperti apa yang akan anda dapatkan?


Sebelum berkeliling kami sempatkan untuk sarapan. Karena mayoritas penduduknya non muslim maka kita harus hati-hati membeli makanan. Biasanya di warung orang Islam bertuliskan ”warung muslim”, lafadz Basmalah atau sejenisnya. Apabila warung tersebut ada tulisan BPK atau B2 maka warung tersebut menjual daging babi, apabila B1 maka warung tersebut menjual daging doggy.

Di Tomok ada 3 obyek wisata yang kami kunjungi yaitu makam Raja Sidabutar, Patung Sigale-Gale dan Museum Batak. Sebenarnya masih banyak obyek wisata di Tomok yang tak sempat kami kunjungi.Tak lupa seorang Guide menemani kami. Untuk masuk areal makam setiap penunjung diwajibkan memakai kain ulos yang sudah disediakan, pria dan wanita berbeda coraknya. Sedangkan di Museum Batak terdapat berbagai macam peninggalan di masa kerajaan-kerajaan di Samosir, antara lain: berbagai perabot dapur, perhiasan, senjata, pakaian, dll. Sedangkan Patung Sigale-gale merupakan patung anak raja yang konon bisa menari sendiri, tetapi yang ada sekarang adalah replikanya. Sedangkan aslinya berada di Belanda. Sekarang untuk menari patung ini dimainkan oleh seseorang dibalik layar disertai dengan alunan musik khas Batak. Untuk menyaksikan pertunjukan Sigale-gale kita harus merogok kocek 60 ribu rupiah.

Sebelum kembali ke Parapat kami sempatkan untuk belanja cinderamata khas Batak. Perjalanan dari Samosir ke Parapat lebih singkat karena jalur yang dilalui berbeda. Sore menjelang kami kembali ke Medan dengan riang...

Brastagi, Menyejukkan Hati



Setelah acara LPJ di BLPLP Medan, sembari menunggu pengumumuan hasil ujian tes aku dan teman-teman pergi ke Brastagi, kamis 6 November 2008, rombongan 2 bus. Perjalanan menempuh waktu sekitar 2 jam dari kota Medan, jaraknya kira-kira 50 km. Brastagi adalah sebuah kecamatan di dalam Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Brastagi merupakan salah satu objek wisata dan tempat peristirahatan di dataran tinggi Karo yang sejuk, diapit oleh 2 gunung berapi aktif di dataran tinggi Karo yaitu Gunung Sibayak dan Sinabung.



Suasana alam yang hijau dari pantulan dedaunan lereng gunung Sibayak, menjadikan kota Brastagi sejuk dan dibanjiri wisatawan. Barisan bukitnya berikut hamparan ladang pertanian, selalu siap menyejukan mata pengunjungnya. Seperti tempat-tempat lain yang sejuk dan dingin, Brastagi menghasilkan berbagai macam sayur dan buah-buahan. Aku jadi teringat Batu, Kota Malang, mirip sih.

Objek-objek wisata terkenal di Brastagi antara lain Bukit Gundaling, Wisata Sumber Air Panas Lau Debuk-Debuk , Air Terjun Tongging, Green Hill City (sebuah resort dengan fasilitas theme park). Sayangnya kami hanya singgah di Bukit Gundaling.

Bukit Gundaling menawarkan keindahan tamannya yang cocok untuk bersantai sekaligus berolahraga. Dari puncak bukit ini kita bisa menikmati panorama gunung api Sibayak dan gunung api Sinabung dengan aktifitas vulkaniknya yang mengagumkan.

Puas jalan-jalan tak lupa kami menyempatkan diri belanja buah di pasar buah Brastagi serta menikmati jagung bakar (tempatnya mirip Payung Di Kota Batu). Sungguh lezat menikmati jagung sambil menyaksikan kabut yang perlahan-lahan menyelimuti Brastagi, dingiin.

Istana Maimun



Minggu, 2 November disela-sela acara LPJ Deptan aku sempatkan berkunjung ke Istana Maimun. Istana ini terletak di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Luas istana lebih kurang 2.772 m, dengan halaman yang luasnya mencapai 4 hektar. Panjang dari depan kebelakang mencapai 75,50 m. dan tinggi bangunan mencapai 14,14 m. Bangunan istana bertingkat dua, ditopang oleh tiang kayu dan batu

Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.

Arsitektur bangunan merupakan perpaduan antara ciri arsitektur Moghul, Timur Tengah, Spanyol, India, Belanda dan Melayu. Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan jendela yang lebar dan tinggi. Tapi, terdapat beberapa pintu yang menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan lengkungan (arcade) pada atap. Tinggi lengkungan tersebut berkisar antara 5 sampai 8 meter. Bentuk lengkungan ini amat populer di kawasan Timur Tengah, India dan Turki.

Bangunan istana terdiri dari tiga ruang utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri. Bangunan induk disebut juga Balairung dengan luas 412 m2, dimana singgasana kerajaan berada. Singgasana kerajaan digunakan dalam acara-acara tertentu, seperti penobatan raja, ataupun ketika menerima sembah sujud keluarga istana pada hari-hari besar Islam.Di bangunan ini juga terdapat sebuah lampu kristal besar bergaya Eropa. Di dalam istana terdapat 30 ruangan, dengan desain interior yang unik, perpaduan seni dari berbagai negeri. Dari luar, istana yang menghadap ke timur ini tampak seperti istana raja-raja Moghul.

Di Istana ini kita bisa melihat koleksi yang dipajang di ruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Di sini, juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan meriam puntung.

Kisah meriam puntung ini punya kaitan dengan Putri Hijau. Dikisahkan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Ia memiliki dua orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Yasid dan Mambang Khayali. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe. Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.

Dalam waktu-waktu tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu. Biasanya, pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga).

Sayangnya Istana ini terkesan kurang terawat, banyak sampah-sampah berserakan dan jemuran pakaian tampak disekitar bangunan. Disamping itu halaman hanya ditumbuhi rerumputan, seandainya dibuat taman maka akan menambah eloknya Istana ini.

Diklat Pra Jabatan Deptan 2008